Wednesday 4 November 2009

Pembakaran Lahan adalah budaya masyarakat Kalimantan Tengah yang sudah menjadi tradisi dari tahun ke tahun untuk membuka lahan baru, yang mana budaya itu telah menjadi salah satu penyumbang asap terbesar di sekitarnya.
Hal itu sangatlah sulit untuk dihentikan, karena budaya itu telah mengakar dalam pada kehidupan mereka. Namun mungkin kita dapat mengurangi efek dari pembakaran lahan tersebut dengan cara yang baik dan benar.
Berdasarkan buku “Pengendalian Kebakaran Hutan Tradisiaonal” yang diterbitkan oleh Sout Sumatra Forest Fire Management Project tahun 2006, ada beberapa tahap dalam melakukan pembakaran lahan yang benar, yakni :
PERSIAPAN BAHAN BAKAR
1. Penebangan dan Penebasan
Semua pohon besar yang terdapat di dalam areal yang akan dibuka/bakar ditebang terlebih dahulu baik berdiameter besar maupun kecil, lalu mencincang pohon berdiameter besar yang dianggap sulit terbakar api.
2. Pengeringan
Setelah penebangan dan pencincangan bahan bakar dilakukan di areal yang akan dibakar maka kegiatan selanjutnya adalah melakukan pengeringan terhadap bahan bakar.
Tujuan pengeringan selain menurunkan kadar air dari bahan bakar juga untuk memudahkan dalam proses pembakaran karena kayu yang kering akan mudah terbakar sampai habis sehingga pembakaran akan terlaksana secara optimal.
Lama pengeringan bahan bakar relative, dalam artian sangat ditentukan oleh factor lingkungan dan kondisi bahan bakar. Potensi bahan bakar yang rendah (sekitar 20-30 to/ha) biasanya hanya memerlukan waktu 2-3 minggu saja. Kegiatan pengeringan bila dilakukan lebih lama akan mengakibatkan tumbuhan bawah tumbuh kembali sehingga menghambat proses pembakaran.
3. Pembuatan Sekat Bakar
Sekat bakar dibuat denga cara membersihkan lahan di sekitar areal pembakaran dengan lebar minimal 3 meter, tergantunga dari luas areal yang akan dibakar serta tingginya tumpukan bahan bakar yang tersedia. Makin luas dan tebal bahan bakar akan membuat panjang nyala (flame length) akan semakin panjang apalagi jika dibantu oleh angin sehingga sekat bakar yang dibuatpun harus semakin lebar.
Sekat bakar harus benar-benar bersih dan lebar(tanpa akar atau cabang) agar api tidak menjalar ke areal lain. Sebagai panduan, lebar sekat bakar adalah tinggi vegetasi yang ada dikalikan 2. Sebagai contoh, jika tinggi rumput dan semak mencapai 2 meter maka lebar sekat bakar harus 4 meter(lebar minimal adalah 3 meter). Sekat bakar ini dapat dibuat dengan menggunakan parang dan cangkul. Pembuatan sekat bakar dilakukan menjelang akhir dari waktu pengeringan.
PEMBAKARAN
Pembakaran dilakukan bila kondisi lingkungan (kecepatan dan arah angin, suhu dan kelembaban) serta waktu pembakaran mendukung.
1. Waktu Pembakaran
Dari hasil observasi dan penelitian di lapangan menunjukkan bahwa masyarakat biasanya melakukan pembakaran antara pukul 14.00-16.00 karena angin tampak stabil dan tidak berubah-ubah, sehingga relative dapat dikendalikan.
Suhu ketika pembakaran dilakukan biasanya berkisar antara 30˚-35˚C. kelembaban relative 70-80%, kecepatan angin 1,6-1,8m/detik dan kadar air bahan bakar rata-rata 20%.
1. Pembakaran
Teknik pembakaran merupakan salah satu factor penting dalam menentukan keberhasilan pembakaran. Bahan bakar harus terbakar dengan mencegah pembakaran supaya tidak melebar ke areal non target yang dapat menjadi masalah baru.
Ada beberapa cara dalam pembakaran, salah satu yang sering digunakan adalah Metode Melingkar(ring Method).
Dengan cara ini api benar-benar dapat dikendalikan dan api berakhir di tengah. Metode pembakaran ini memerlukan beberapa orang pembakar, biasanya 1 ha lahan yang akan dibakar memerlukan sekitar 3 orang pembakar. Diperlukan juga beberapa orang lain yang menjaga di belakang sekat bakar utama(paling jauh dari asal angin) supaya tidak terjadi api loncatan.
Pembakaran dapat mengikuit arah jarum jam atau sebaliknya, tergantung dari arah dan kecepatan angin. Setiap pembakar bergerak menuju pembakar lain setelah bahan bakar yang berada didepannya terbakar dan bertemu pembakaran oleh pembakar lain.
Metode lain yang agak aman, tetapi diperlukan kondisi cuaca yang stabil, adalah metode bakar terbalik(back fire method).
Dengan cara ini pembakaran dapat dimulai dari sekat bakar utama dan melawan arah mata angin, kemudian api akan ditunggu di sekat bakar seberang. Metode ini memrluka beberapa orang pembakar dan beberapa orang lain yang menjaga di belakang sekat bakar utama supaya tidak terjadi api loncatan. Para pembakar bergerak menuju sekat bakar seberang, melalui sekat bakar kiri dan kanan, setelah bahan bakar yang berada di depan terbakar.
RENCANA PEMBAKARAN HARUS DILAPORKAN
Pembakaran perlu direncanakan pada waktu yang tepat dan dengan orang yang berpengalaman. Beberapa hari sebelum kegiatan pembakaran harus dilaporkankepada Kepala Desa/Lurah supaya pemerintah Desa/ Lurah bias mengatur beberapa pembakaran secara bersamaan. Pihak Desa/Lurah perlu juga mengetahui dimana lokasinya, kapan waktu pembakaran, siapa nama pemilik lahan, siapa saja nama-nama yang menjadi tetangga pemilik lahan, serta nama dan jumlah pembakar yang akan bertanggung jawab. Jika ada di Desa/Kelurahan regu pemadam kebakaran dan P3K, mereka bias membantu para pembakar supaya kegiatan berjalan dengan aman dan penjalaran api benar-benar dapat dikendalikan.
Para pembakar bertanggung jawab dalam penyediaan peralatan tangan, pembuatan sekat bakar yang diperlukan dan mengendalikan pembakaran di lokasi sampai api benar-benar selesai. Kewajiban terakhir adalah pembersihan sisa-sisa api agar tidak ada lagi bahan bakar yang masih membara atau berasap. Diharapkan melapor jika pembakaran telah selesai.


iblist say : Mari Kita lestarikan Keindahan Alam ini demi Anak Cucu Kita, jangan sampai keindahan ini cuma akan menjadi DONGENG belaka bagi mereka,,,

0 comments:

Post a Comment

Please Comment

Design by Iqbal Tawakkal | Blogger Theme by Lasantha | Iblist Takkaw